Bagi anda yang masih berada di bangku sekolah atau kuliah tentu presentasi menjadi aktivitas yang biasa dilakukan, baik sebagai pemberi materi atau hanya sekedar menjadi audiens.
Namun pernah kah anda merasa sangat ingin bertanya tapi bingung bagaimana cara menyampaikan pertanyaan anda? Atau jika anda berada di lingkungan kerja, maka pernah kah anda ragu atau bingung saat ingin melontarkan pertanyaan padahal anda sangat ingin bertanya?
Dalam posisi seperti itu mungkin anda akan bertanya dengan konteks yang kurang berbobot atau parahnya lagi anda malah mengurungkan niat tersebut, alhasil anda sendiri lah yang akan rugi karena tidak bisa mendapat jawaban atas pertanyaan anda.
Nah, karena alasan itulah maka yang anda perlukan saat ini hanyalah cara bagaimana membuat pertanyaan itu sendiri. Tujuannya sudah pasti adalah agar anda bisa mengutarakan pertanyaan yang ada di pikiran anda agar nantinya anda bisa puas atas jawaban yang didapat, atau bisa jadi anda akan dipandang hebat karena bisa memberikan pertanyaan yang berbobot.
Cara Membuat Pertanyaan
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, membuat pertanyaan tentunya harus memperhitungkan beberapa hal, termasuk dengan konteks pertanyaan itu sendiri.
Nah, untuk menjawab keraguan anda dan membuat anda semakin cakap dalam melontarkan pertanyaan, berikut ini kami jabarkan tentang cara membuat pertanyaan yang berbobot sesuai dengan konteksnya.
Kontekstual Friendly
Bagi anda yang ingin terlihat pintar namun tidak ingin membuat keributan atau merusak hubungan dengan teman anda, maka jenis kontekstual Friendly bisa menjadi pilihan pertanyaan yang cocok untuk anda coba.
Cara membuatnya juga cukup mudah, anda hanya perlu menambahkan suatu kasus baru dalam pertanyaan anda. Namun perlu diingat, pada jenis pertanyaan ini anda harus lebih dulu memperhatikan materi presentasi yang disampaikan agar anda dapat mengambil setidaknya salah satu pernyataan dari teman anda. Lalu, anda bisa mencari kasus yang berhubungan dengan pernyataan tersebut.
Contoh pertanyaan:
Sesuai dengan penjelasan tadi, teori realisme lebih mengutamakan power dan keuntungan. Akan tetapi di jaman sekarang ini kerjasama antar negara malah lebih diutamakan, sebut saja seperti ASEAN. Lantas, apakah teori realisme itu sendiri sudah tidak berlaku lagi diterapkan di jaman sekarang?
Normatif Berbobot
Mungkin di antara anda ada yang berprinsip untuk tetap melontarkan pertanyaan apapun itu tanpa menghiraukan konteks yang ditanyakan, jika iya maka menggunakan pertanyaan normatif namun berbobot akan jauh lebih baik dari pada hanya sekedar ingin eksis bertanya.
Cara membuatnya juga sangat lah mudah, karena mengingat sifatnya yang normatif maka artinya jawaban yang diberikan nantinya juga akan bersifat subjektif ketimbang objektif.
Contoh pertanyaan:
Dalam kondisi saat ini, menurut anda apa saja yang harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia agar dapat menyaingi pertumbuhan perekonomian di Tiongkok?
Teoritis
Cara membuat pertanyaan berikutnya adalah melalui jenis pertanyaan teoritis, ini merupakan jenis pertanyaan yang menitikberatkan pada bobot dari konteks yang dihadirkan. Namun perlu diingat, anda harus mempersiapkan lebih dulu bahan pertanyaan anda sebab inti dari pertanyaan berbobot yang satu ini akan lebih melibatkan pada teori.
Resikonya sudah pasti akan membuat pembawa materi presentasi sedikit dipusingkan dan kerepotan untuk menjawabnya, namun di sisi lain anda akan terlihat cukup kritis atau malah bisa jadi bakal disegani oleh rekan – rekan lainnya dan dicap pintar.
Contoh pertanyaan:
Dalam presentasi tadi, anda sempat menyinggung mengenai gaya gravitasi yang berpengaruh terhadap motivasi untuk bangun dari tempat tidur. Bisa tolong dijelaskan lebih detail, saya masih tidak bisa memahami tentang konteks tersebut.
Konstektual Teoretis Kritis
Sesuai jenisnya, pertanyaan kontekstual teoritis kritis pastinya menjadi yang paling berbobot di antara jenis pertanyaan lainnya, meski pertanyaan ini memiliki konsekuensi yang besar pula. Dalam melontarkan pertanyaan ini dibutuhkan intelegensi, keberanian, serta tekad yang kuat karena bisa saja berpotensi memunculkan permusuhan antar teman.
Biasanya reflek yang dikeluarkan oleh pembawa presentasi adalah pada lamanya jeda antara pertanyaan anda dan tanggapan yang dikeluarkan, ini bisa terjadi karena pertanyaan anda terbilang susah untuk dicerna atau malah terlalu sulit untuk dijawab. Adapun cara membuat pertanyaan jenis ini berfokus pada membandingkan teori antara yang pernah dikemukakan oleh dosen dan teori dari teman anda dalam presentasinya.
Contoh pertanyaan:
Dalam presentasi tadi sempat dijelaskan mengenai teori debm dalam memasak air yang harus melalui langkah rumit menggunakan saringan dan corong merah. Namun dalam teori lain disebutkan jika memasak air hanya perlu menuangkan air ke panci dan menyalakan apinya hingga berbuih dan matang. Pertanyaan saya, kira – kira bagaimana pengaruh dari kedua teori tersebut dalam konteks efektivitas memasak air hingga matang sempurna?
Nah itulah tadi beberapa cara membuat pertanyaan yang berbobot sesuai dengan jenis dan kriterianya masing – masing. Dengan mengacu pada konteks di atas maka anda dapat membuat pertanyaan yang berbobot dan dipandang sebagai orang yang pintar dan kritis, pastinya tanpa perlu ragu atau bingung lagi dalam membuat pertanyaan.
Anda bisa memilih sendiri jenis pertanyaan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas anda sendiri. Pahami resikonya dan tentukan jenis pertanyaan mana yang dirasa paling cocok dengan tema atau format presentasi yang sedang berlangsung. Jadi, mana jenis pertanyaan mana yang akan anda gunakan? Semoga bermanfaat.
Leave a Comment